Japanese virologists at Kobe University Japan prey on young, inexperienced Phd.'s
By Robert S. Finnegan
12/02/2011
Chapter 4: The Smoking Gun Emails
After considerable thought as to format, I have come to the conclusion that this decade-long investigation is best reported by myself in the first person. Simply by virtue of sheer volume, it must be reported in separate chapters. I will attempt to separate the different chapters in chronological order, however a certain amount of digressing may be necessary so that the reader may fully understand what has transpired and continues to this date.
 |
Japanese labs hire new graduate students
to do dirty work |
Chapters will be opened with an e-mail excerpt from a virologist who contacted this investigator in 2009, in response to a comment I had made on a now-defunct website dedicated to H5N1. They will be annotated in RED, grammar, misspellings and formatting have been left in the original. This young Indonesian "
scientist"
through the years of our contact revealed to me the inner-workings of her lab at Kobe University and a new BSL-4 in Tokyo that was working on H5N1 and H1N1 viruses, among others. Kobe University does NOT officially have a BSL-4 lab, and yet this microbiologist was assigned by her professor Yoshihiro Kawaoka to work on recombinant H5N1 and H1N1 in a "
secret"
(her words) lab at their facility. How and why was this allowed to transpire? I have kept our association secret for years, however now that this individual has gone over to the "
dark side,"
and I have decided to reveal everything we discussed.
The Japanese "professors" and "directors" of these nefarious projects prey upon young, inexperienced Indonesian virologists to do their dirty-work. - Ed.
After the incident, my professor became very nice at me. Of course, because they know that I know what's going on exactly. Few days later, they asked me to sign a document, mentioning that I'm a researcher belonging to my supervisor, and every matters between my supervisor and I should be kept confidential. I didn't have any reason not to sign it.
If you want to, I will forward the conversation between Dr Nidom and I. It's in Bahasa Indonesia, but that's the actual story. It's a very long mail, maybe it's pretty difficult for you to understand the whole story but just keep it for your reference.
PS: you better read the mail from the bottom. You will see how they're desperately want samples.
For your information:
Yoshi sensei - Yoshihiro Kawaoka, my professor. The authority. Everything done by these following two names are for his sake.
Shinya - Kyoko Shinya, my associate professor also my boss in this project. She's always using me and telling lot of lies.
Makino - Akiko Makino, new assistant professor from Tokyo Univ. She carried the illegal samples from Indonesia.
Yamaoka - Masaoki Yamaoka, a Japanese researcher assigned in Indonesia.
Dr Hatta - Shinya got the human samples from dr Hatta, but claimed it as dr Nidom's samples at Surabaya airport.
Re: Apa kabar?
From:
C. A. Nidom <nidomca@sby.centrin.net.id>
View Contact
To:
Dear Mbak
Terima kasih informasi Mbak ***yang sangat membantu saya untuk bisa lebih menganalis tentang situasi yang berkembang selama ini.Sangat berguna untuk bekal dalam ikhtiar menuju keadaan lebih baik.Tapi, saya betul-betul minta maaf, karena tidak tahu sama sekali kalau Mbak *** ikut ke Sulsel dan juga saat Makino di Surabaya, ternyata Mbak di sini. Info yang saya peroleh dari Sulsel hanya tentang Shinya.
Saya mencoba mengurai hal2 yang berakibat pada situasi yang kurang baik ini, ijinkan utk menguraikan hal-hal tsb.Semoga Mbak tidak keberatan.
(1) Sejak awal kerjasama, pengiriman bahan2/equipment2 dari Kobe selalu dialamatkan kepada saya. Kemudian barang2 tsb. langsung saya letakkan di lab AI. Jika seasonal flu (lantai atas) membutuhkan, langsung diambil dari bawah dan dicatat oleh Vivien, dan untuk setiap interval waktu ttt, stok barang dilaporkan ke Nakagawa-san.Memang ada keluhan dari Sinya dan Yoshi sensei bahwa agak keberatan jika barang2 tersebut dikenai pajak oleh Pem.Indonesia. Saya sedang berusaha untuk mencari pembebasan pajak tersebut melalui Bea Cukai Jakarta.Kenapa melalui Jakarta, karena kebiasaan Nakagawa mengirim melalui DHL.Sebetulnya sudah berhasil, hanya pihak BC minta, jumlah (nilai) barang yg dikirim tiap bulan berapa, sehingga akan dibuatkan semacam"karcis" sekaligus untuk setahun.Jd karcis tsb akan disobek/digunakan setiap barang datang. Tetapi ditengah2 proses pengurusan tersebut, tahu-tahu alamat pengiriman berubah & ditujukan ke Yamaoka dan barang langsung ditaruh di atas.Memang Vivien masih membuat laporan dan kadang-kadang minta barang yang tidak ada di lantai atas langsung ke Nakagawa. Barang yg dipesan langsung dikirim ke Yamaoka dan kami sering tidak tahu kapan datang barang tsb.
Perubahan ini tidak ada pemberitahuan baik langsung dari Shinya atau dari Yamaoka.Saya sebetulnya, tidak apa2 terhadap hal ini, tetapi apa sih susahnya memberitahu, misalkan ini kebijakan Kobe, atau karena bla..bla..bla..Terus terang saya tersinggung dengan cara seperti ini, karena berarti Shinya maupun Yamaoka, atau pihak Kobe mencurigai saya dan staf terhadap barang2 ini. Kalau ini benar, berarti persis tuduhan Mikiko 2 tahun lalu, bahwa kami me"mark up" biaya surveilans.
(2) Sejak awal 2009, perilaku Yamaoka agak "aneh", sering mengadu domba antar staf kami.Bicara dengan A ngomongin B demikian seterusnya, bahkan menggunjingkan saya dengan staf saya.Tapi saya tidak peduli, karena mungkin buat dia "hiburan" untuk menggunjingkan orang.Tetapi ada yang pernah sampai saya tegur.Dia memaksa minta spesimen atau data kepada staf kami, dan cilakanya sering dia mengonfirmasikan antar satu sama lainnya.Waktu saya sampaikan bahwa kalau memerlukan apa2 sebaiknya langsung kepada saya. Jika saya tidak ada, dia bisa kontak saya via sms maupun email.Tetapi ternyata tidak pernah dilakukan kontak itu, tetapi terus minta sampel2 langsung ke staf. Tujuan saya melarang ini, agar staf saya tidak terbiasa memberikan langsung kepada pihak ketiga (bisa sj bukan ke Yamaoka) tanpa sepengetahuan dan terkontrol.
Kejadian terakhir yang saya tahu yaitu minta sampel bebek dan babi langsung kepada staf.
Khusus utk sampel babi memang saya larang,untuk sementara jangan dianalisis dulu.Sebetulnya alasan yang sebenarnya bahwa ada info dari teman2 dilapangan bhw babi dari P/Bulan sdng dipermasalahkan oleh Singapura krn dicurigari terinfeksi Swine Flu.Waktu itu belum diberitakan di Media. Saya cuma mengkhawatirkan kalau dia menganalisis, saya tidak bisa mencegah untuk dipresentasikan di Bangkok bhw babi Indonesia terinfeksi swine flu, bisa merugikan semua. Kenapa saya tidak yakin bisa melarang presentasi, karena pernah saya minta Yamaoka untuk sementara tidak mempresentasikan H1 di Tokyo bbrp waktu yl. Tapi dia tetap ngotot. Saya sih tidak apa2, itu adalah data yang sebenarnya, tetapi menunda jauh lebih baik, sehingga tidak menimbulkan syak wasangka lebih dalam dari pemerintah kepada Kolaborasi kita maupun diri saya pribadi.
Anehnya orang ini tetap dia ngotot untuk bisa memperoleh sampel babi tersebut. Saya kehabisan akal akhirnya saya bilang bahwa mau berunding dulu dengan Yoshi sensei, karena ini berkait dengan paper saya tentang babi.Cilakanya, dia rupanya lapor ke Shinya, dan Shinya langsung membuat email ke Yoshi sensei dan Yoshi sensei tulis email bhw agar saya memberikan ke dua sampel babi tsb.Saya betul2 sangat kecewa kepada semuanya.Dalam hati saya kenapa mereka hanya memperhatikan kepentingan mereka saja, tanpa menghiraukan bagaimana efek terhadap peternak dan pemerintah Indonesia.Saya belum pernah kecewa kepada Yoshi sensei, baru kali ini saya kecewa.Buat saya, misalkan sejahat apapun beliau, tetap beliau orang yang saya hormati. Bayangkan urusan 2 sampel babi saja sampai Yoshi sensei yang harus meminta kpd saya. Sangat-sangat malu.Sampai saat itu saya mau mundur dari kerjasama dengan Kobe ini.Tetapi saya yakin beliau tidak tahu persoalan, dan ternyata benar setelah saya jelaskan alasan sebenarnya dia bisa mengerti.Seharusnya Yamaoka dan Shinya sensei bisa menangkap bahasa isyarat bahwa saya tidak setuju dan saya minta ditunda.
(3)Sepengetahuan saya sampai saat ini bahwa PIC untuk kolaborasi ini adalah antara Saya (Indonesia) dan Yoshi sensei (Kobe). Sementara dalam kolaborasi AI ini terdapat kegiatan seasonal Flu dengan personal Yamaoka (Jepang) dan Dr. Palilingan (Unair). Yang aneh, kenapa akhir2 ini Yamaoka sangat mencampuri urusan AI, dan sering tanpa koordinasi dengan saya.Setelah saya amati sepak terjang Yamaoka seperti itu dan kelihatan Shinya ikut2an, maka saya membuat kebijakan di lab, bahwa tidak satu orangpun boleh memberikankan/mengeluarkan data dan spesimen yang dimilki oleh Lab AI, tanpa ijin saya.Jika hal ini dilanggar, akan saya keluarkan dari Lab.Sebagai info, Vivin saja hampir saya keluarkan karena dia mengirim data ke Shinya tanpa dikonsultasikan terlebih dahulu. Juga Yusuf, pernah saya skorsing, karena memberikan info data kepada Yamaoka tanpa seijin saya.
(4) Kenapa saya lakukan itu, karena ternyata kolaborasi Unair & Kobe, khususnya untuk AI, banyak mendapat sorotan kecurigaan. Di satu pihak pemerintah Indonesia, secara "berani" menentang semena-menanya pihak asing dalam kaitan penggunaan material biologis, tetapi dilain pihak Unair melakukan kerjasama dengan Jepang. Untuk saya pribadi, kerjasama ini punya tujuan ingin menunjukkan ke Pemerintah, bahwa pihak asing tidak seburuk yang mereka bayangkan. Demikian juga tidak sedikit timbul kecemburuan bagi instansi2 lain di Indonesia.Sehingga kecerobohan yang terjadi baik dalam penggunaan data informasi (seperti lokasi surveilans dll) maupun spesimen bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Contoh paling jelas apa yang terjadi dengan Unhas ini.Sehingga perlu kehati2an; kesabaran dalam melangkah
(5) Lebih-lebih kami saat ini telah mendapat bantuan lebih dari Rp 130 milyar dari Depkes, untuk membangun Animal BSL-3 (4 kandang hewan: mice, ferret, chicken & monkey) dan peralatan untuk penelitian2 AI.Bayangkan kami saat punya mesin PCR 8 buah, realtime PCR 2 buah, sequensing 4 kapiler, 4 deep freezer, TEM,BSC 6 buah, dll.Saat ini saya harus menjaga image bagi bantuan tersebut. Saat ini saya telah mendapat human H5N1 samples dari Depkes baik yang lalu untuk dikarakterisasi. Juga untuk sampel2 baru. Jd bukan berarti saya menomorduakan kerjasama ini, tetapi perlu adanya "pengaturan" antara kepentingan kerjasama dengan Kobe dan menjaga image kami terhadap pemerintah. Kalau sampai tidak dijaga,mengirim sampel ke Kobe maupun Tokyo seenaknya dan seterbuka seperti dahulu apa pandangan orang terhadap kami. Peralatan sudah lengkap, ternyata sampel masih dikirim ke Jepang?Tetapi saya dengan staf sdh sepakat bahwa kerjasama ini juga harus kita utamakan, tetapi perlu cara agak berliku sedikit, karena saya sangat sadar, kenapa Bu Menkes (& Presiden) mau membantu Unair, juga karena beliau2 tahu keseriusan kami dan melihat adanya bantuan dan kerjasama yang terjalin dengan Kobe (jepang). Ini agak lain dengan suveilans atau penelitian tentang seasonal flu. Tidak serumit penelitian / surveilans AI ini. Sebagai contoh, kami mendapat dana riset dari Diknas atau ristek, selalu yang ditanyakan tim reviewer apakah data atau spesimen2 yang dikumpulkan dari riset ini akan dikirim ke Jepang?Seperti Mbak Ida tahu, bahwa hampir seluruh stakeholder di Indonesia, mengetahui kalau Unair (dan saya) mempunyai kerjasama dengan Jepang lebih erat dibanding institusi lain untuk riset AI ini.Jadi saya dan tim ibaratnya sedang meniti pada "titian serambut dibelah tujuh"> Saya selalu berharap dan tidak ingin dihadapkan pada keadaan yang harus memilih. Oleh karena itu, saya sangat prihatin jika Shinya sampai "menuduh" bahwa saya yang menjebak Makino, agar bisa ditangkap.Memang betul saya akrab dengan teman-teman karantina, tetapi akan sangat bodoh jika melakukan tindakan yang bisa membawa saya digantung oleh pemerintah dan pimpinan Unair.Kl saya punya pikiran jelek, justru, ketiga orang ini, yaitu Makino, Yamaoka dan Shinya yang menjebak saya, agar saya terpojok di mata pemerintah dan masyarakat Indonesia. Sudah jelas bukan dari Unair, dikatakan dari Unair. Demikian juga sdh jelas bukan zoonosis, dikatakan zoonosis.Dua kata yang tidak bisa dilepaskan dari kaitannya dengan saya yaitu Unair dan zoonosis, serta dibawa orang jepang. Nalar orang bodoh saja, pasti ini virus AI dan hubungannya ke saya. Jd tidak salah kalau tim monitoring di Bandara (didalamnya termasuk orang2 karantina) langsung kontak saya.Sayangnya saya masih di Jakarta dan hp saya baru bisa dihubungi siang hari.
Jika saya dikatakan yang menjebak, selama Makino ke Surabaya, saya tidak ketemu dia karena ada pertemuan antara FAO-WHO-Depkes di jkt dan menurut anak2 lab, Makino tidak pernah datang ke lab AI sama sekali. Jadi bagaimana saya tahu aktivitas dan jadwal pergi pulangnya dia. Menurut info dari bandara, bahwa memang ada instruksi dari jakarta. Bukan hanya di Sby, tp Jkt, Medan, Bali dan Makasar, sedang ada operasi. Saya dengar pada hari yang sama ada beberapa orang yang juga ketangkap membawa material biologis di lain bandara. Ada tanaman yang dilindungi, mau diselundupkan, dsb.
Pada waktu itu, kenapa saya menyarankan kepada Shinya agar Makino ditunda dulu minimal sampai pemilihan Menteri sekitar Oktober. Karena saya dapat info bahwa saat ini "banyak pejabat yang setor muka" agar bisa dipilih kembali dengan cara melakukan aktivitas dadakan.Terus terang saja,saat itu saya mengendalikan pers dengan kuat sekali, agar tidak ada pemberitaan apapun tentang hal ini.Info dari karantina, pejabat yang menginstruksi marah besar kepada Personil yang di Surabaya, kenapa Makino tidak ditahan.
Mungkin saat ini yang ada dibenak Shinya, Yamaoka atau Makino, mungkin juga Yoshi sensei (jika sudah terpengaruh oleh Shinya) hanya marah, mengumpat dan jengkel kepada saya.Semuanya akan saya terima dengan lapang dada,karena saya yakin mereka tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya..Mereka berfikir hanya untuk kepentingan pribadi, tanpa mau mengerti bagaimana situasi dan kondisi orang lain.
(6) Kembali ke masalah sampel dan data virus AI, yang bisa mengeluarkan hanya saya.(Maaf agak otoriter). Jadi pasti terjadi perbedaan antara data yang dilaporkan Yamoka dan yang ada di Shinya sensei dengan keadaan sebenarnya di lab.Surabaya Aktivitas surveilans tetap jalan termasuk dengan tim LDCC di Sulsel dan Maros. Demikian juga dari Jabar dan Medan.Termasuk babi dari bali dan P.Bulan, via passive surveillance. Tim kami mengerjakan surveilans pasar2 Surabaya setiap 3 hari sekali mulai pk 3 pagi dan dismpan pada tempat tertentu.Karena mereka kuliah lagi.Jadi pengerjaan sampel biasanya sore sampai pk 22-23 wib. Jadi bagaimana Yamaoka tahu, hampir setiap hari dia tidak mengerjakan apa2 (ada orang lain yang mengerjakan) dan pulang paling lambat pk 17.00. Sabtu-Minggu tidak pernah datang.
(7) Terus terang Mbak, saya tidak suka keadaan seperti sekarang ini, saya menginginkan kondisi seperti sedia kala, saling percaya, menghargai dan mengerti posisi satu sama lainnya.Saya tidak tahu persis, apakah keadaan ini bisa diperbaiki atau sebaliknya. Saya berharap besar untuk bisa pulih dari kesalahpahaman ini. Tetapi jika tidak bisa, tentunya tidak baik dipaksakan. Kami sudah siap dengan keadaan terburuk. Saya sdh instruksikan agar seluruh staf AI mulai sekarang membatasi penggunaan material bantuan Kobe. Agar tidak terbiasa dengan barang yang berkualitas. Seperti Tip,spuit dll, kami sudah mulai menggunakan tip "curah" ( beli kiloan), kemudian dioutoclave sendiri.Kami pompa semangat mereka, bahwa ada atau tidak ada kerja sama kita HARUS BISA jalan sendiri.Saya bilang bahwa pada tahun 2003, saya tanpa bantuan siapapun toh bisa mengungkap tentang virus AI di Indonesia.
Saya pikir, kondisi kerjasama ini buat kami besar hikmahnya, bahwa kami tidak boleh terlena/tidur berusaha, karena semua tersedia oleh adanya kerjasama ini. Untuk PPE (baju BSL-3) kami sedang berusaha untuk dapat bantuan rutin dari Komnas Flu Burung. WHO juga akan membiayai kami untuk melakukan surveilans di daerah endemis. Jadi saya tunggu niat baik dari Shinya untuk kembali menjalin kerjasama seperti dulu lagi atau dia percaya dengan jalan pikirannya sendiri dan orang-orang lain yang sebetulnya kontraproduktif dengan kerjasama ini. Tentunya, jika Shinya punya keinginan untuk mengembalikan kondisi menjadi lebih baik, syaratnya harus saling percaya terbuka dan menghargai keberadaan masing2 dan yang penting "tidak selingkuh" (Just joking)........
Tidak terasa curhat saya sudah lebih dari satu halaman koran penuh.....
Mohon maaf sudah sangat mengganggu waktu Mbak .
Terima kasih.
Semga Tuhan Selalu Memberkati Mbak Ida
Saluut,
Nidom
---- Original Message -----
From:
To: C. A. Nidom
Sent: Friday, September 18, 2009 2:59 AM
Subject: Re: Apa kabar?
Dear Pak Nidom,
Makasih untuk emailnya. Penjelasan Pak Nidom sangat membantu saya untuk mengerti ada apa sebenarnya. Sebenarnya dari sisi saya sih tidak ada masalah besar, cuma terus terang saya merasa banyak dimanfaatkan dan dibohongi selama bekerja untuk proyek ini.
Saya coba ceritakan apa yang saya tau dan saya dengar selama ini.
1. Awalnya dimulai dari keluhan2 Shinya sensei tentang sampel. Menurut beliau, Pak Nidom tidak melakukan surveillance lagi untuk proyek Kobe-Unair. Selama ini Pak Nidom sibuk melakukan kegiatan lain, dan juga Pak Nidom bilang sama Shinya sensei kalo Pak Nidom tidak akan mengirimkan sampel lagi untuk di analisis. Shinya sensei merasa terpojok karena harus bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan ke Kobe univ dan Yoshi sensei. Informasi tersebut Shinya sensei banyak terima dari Yamaoka sensei. Shinya sensei merasa Yamaoka sensei lebih banyak 'bekerja' dibandingkan Pak Nidom. Terutama karena Yamaoka sensei banyak memberi data dan juga kerjasama dengan dr Pailingan. Beliau komplain tentang itu sejak berbulan2 lalu. Yang sya perhatikan juga, Shinya sensei banyak berkomunikasi dengan Yamaoka sensei, entah apa saja. Tapi sejak mereka 'dekat', tampaknya banyak hal2 yang diterima oleh Shinya sensei dari versi Yamaoka. Misalnya, di Surabaya ga ada kegiatan surveillance, dan walaupun banyak sampel yang ada tapi tidak diproses.
2. Sekitar bulan Juni, Shinya sensei sudah merencanakan mau ketemu Pak Hatta di Makassar. Tentang apa saat itu saya tidak banyak peduli. Tapi tiba2 Shinya sensei mengajak saya ikut, dengan alasan mau lihat2 farm di Sulawesi. Kebetulan dulu kelas koas saya pernah pengabdian masyarakat di Sulawesi Selatan selama 1 bulan, dan kebetulan saya panitianya. Jadi saya sedikit banyak tau tentang Sulawesi Selatan. Saya hubungi keswan di Pinrang dan Polewali kalau kami ingin lihat2 farm. Kemudian Shinya sensei tanya apakah kita bisa sampling juga. Ternyata pihak keswan mengijinkan asal kami buat surat ke dinas, propinsi dan kabupaten. Semua surat2 itu sudah saya siapkan. Sample yang kami ambil adalah babi dan ayam sehat (bukan sampel outbreak). Yang saya sesalkan disini adalah, menurut saya, Shinya sensei sebenarnya ingin ketemu Pak Hatta tapi dengan menggunakan 'surveillance' sebagai alasan. Dengan mengajak saya, beliau bisa menggunakan budget dari Kobe Univ, karena setau saya kerjasama dengan Pak Hatta adalah urusan pribadi Shinya sensei (apakah itu benar atau tidak, saya tidak tahu).
Yang jelas, tiba2 Shinya sensei mengajak saya padahal rencana kunjungannya ke pak Hatta sudah ada sejak lama.
Karena saya merasa ga enak dengan Pak Nidom dan dinas, saya wanti2 berkali-kali bilang sama Shinya sensei, tolong kabari Pak Nidom tentang rencana ini. Sampai saat berangkat pun saya sudah yakinkan lagi. Dia selalu bilang iya, pasti saya bilang.
Saya juga bilang, sampel ini tidak bisa kita bawa pulang, harus kita serahkan ke Unair (karena begitu yang saya bilang ke dinas). Bahkan saya juga sempat bilang, biar kita antar swabnya saja, dan nanti Vivin atau Mas Ucup yang ambil sampelnya ke Sulawesi kalo sudah terkumpul. Tapi saat itu Shinya sensei bilang, mereka sibuk dan mungkin ga sempat, jadi kita saja yang bawa dan serahkan ke Yamaoka sensei saat transit di Bali.
Begitulah, akhirnya sampel tsb kami serahkan ke Yamaoka sensei di Bali (sampel dalam PBS+antibiotik). Sementara sampel dalam Trizol dibawa ke Jepang karena menurut Shinya sensei sampel Trizol sudah inaktif dan surat2 importnya sudah disiapkan oleh makino sensei, jadi tidak masalah. Selanjutnya sampel PBS dibawa Yamaoka ke surabaya.
3. Shinya sensei dan Pak Hatta bertemu di airport hasanuddin. Waktu mereka bertemu saya tidak disertakan, saya menunggu di tempat lain. Jadi apa yang mereka bicarakan saya tidak tahu. Setelah itu, Pak Hatta bilang sama saya, kalau mau sampel outbreak, dia bisa hubungi drh Muflihanah di Maros. Saya bilang itu tidak mungkin, karena saya sudah tanya sebelumnya ke dirjen tentang sampel DIC. Dan tidak mungkin sampel itu diberikan pihak DIC tanpa ijin dirjen. Tapi Pak Hatta meyakinkan Shinya sensei kalau drh Muflihanah adalah muridnya dan pasti akan memberi tanpa ijin dirjen. Disitu saya sudah tidak suka, saya bilang pada Shinya sensei kalau hal itu melanggar hukum. Setelah itu, apakah Pak Hatta melobi drh Muflihanah atau tidak saya tidak tau, dan saya sudah ga mau ikut campur kalo dia melakukan itu.
4. Sekembalinya dari Sulawesi akhir July, Shinya sensei berangkat lagi ke Surabaya 2 hari kemudian bersama Makino sensei. Tujuannya saat itu dia bilang untuk memeriksa presentasi teman2 lab AI. Saat dia akan berangkat, sekali lagi saya tanya, apakah kata Pak Nidom tentang sampel yang dibawa Yamaoka ke Surabaya. Di situ, Shinya sensei mengaku dia belum bilang Pak Nidom tapi akan bilang saat di Surabaya nanti. Saya kecewa sekali dan malu. Karena saya sudah menulis surat ke dinas dan provinsi bahwa sampel akan dibawa ke Unair. Saya sungguh tidak mau apabila Pak Nidom mendengar hal ini dari orang lain. Saya malu dengan Pak Nidom juga. Saya cuma bisa berharap Shinya sensei bisa menjelaskan dengan baik ke Pak Nidom saat kunjungannya ke Surabaya. Setelah dia kembali ke Jepang, saya tanya lagi, bagaimana pendapat Pak Nidom. Shinya sensei bilang dia sudah bicarakan tentang kunjungan ke Sulawesi, dan Pak Nidom juga tengah mengumpulkan sampel dari dinas. Mendengar itu saya lega, artinya tidak ada masalah.
Apakah Shinya sensei membawa sampel ke Jepang saat kunjungannya ke Surabaya awal Agustus, saya tidak tahu.
5. Tentang masalah Makino sensei saat tertangkap membawa sampel di Juanda, saat itu saya ada di Surabaya tengah liburan. Makino sensei kembali ke Jepang pada hari yang sama saya kembali ke Jepang. Saya tidak tahu sama sekali tentang kunjungan Makino sensei ke Surabaya, saya dengar pada malam sebelum saya pulang saat Motoko telp saya. Tapi saya tidak mencoba menghubungi Makino sensei, karena saya merasa tidak dilibatkan jadi tidak ikut campur.
Saya tahu tentang masalah itu setelah kembali ke lab (Senin) dari Shinya sensei. Saya kaget karena saya pikir Makino sensei membawa sampel SUlawesi yang kami serahkan ke Yamaoka.
6. Menurut Shinya sensei, petugas airport menahan sampel human RNA dari Pak Hatta. Versi Shinya sensei adalah Makino sensei 'dijebak' oleh seseorang. Karena, saat itu Makino sensei sudah lewat boarding, tiba2 dikejar oleh petugas, dan tasnya dibongkar di depan umum. Petugas mencari 'botol', tapi karena tidak ditemukan, bawaanya juga diperiksa dan ketemulah boks berisi tube tanpa surat2. Makino sensei menyebutkan kalau sampel tsb dari Unair, dan saat petugas menghubungi Unair, ternyata tidak benar adanya.
Shinya sensei bilang pasti ada orang yang melapor ke karantina Surabaya, karena tindakan penggeledahan yang tiba2 tersebut. Pengakuan Shinya sensei adalah, dia cuma cerita tentang sample tersebut ke Yoshi sensei, Pak Nidom dan Yamaoka. Tampaknya bahkan pihak Kobe Univ pun (seperti Pak Hotta) tidak tahu menau tentang sampel ini. Jadi secara tidak langsung dia menganggap Pak Nidom yang melaporkan. Apakah itu benar atau tidak bagi saya tidak masalah. Saya cuma melihat disini telah terjadi tindakan ilegal (penyelundupan) yang dilakukan oleh pihak asing. Semua tindakan pihak Indonesia disini tidak ada yang salah secara hukum.
7. Setelah kejadian ini, pak Hatta mendapat surat panggilan dari rektor Unair. Lalu surat itu Pak Hatta faks ke Shinya sensei. Karena ditulis dalam bahasa Indonesia, Shinya sensei suruh saya translate:
Regarding to your fax, dated 7 September 2009 to the President of Airlangga University, about your materials for cytokine profiling in healthy people study:
1. The material you handed to Dr Masaoki Yamaoka on August 5th 2009, and then kept in ITD, should have been reported previously to us (at least to the head of ITD). In particular, if the material preceded using ITD’s material and equipment.
2. The materials been brought by Ms. Makino without any supporting document from you, so that Ms Makino and materials could not depart to Japan. Because Ms Makino declared that the materials derived from Airlangga University, she was not arrested and allowed to embark. However the materials
3. We regret the statement of Ms Makino mentioned that the materials came from Airlangga University, and described as zoonotic material. In fact, written statement from Dr Shinya and you mentioned that they were human samples.
4. Regarding to the points above, we require you to come to Surabaya as soon as possible to solve this problem. This is a serious illegal practice related to MTA
Dari surat di atas, saya mengerti kalau telah terjadi usaha penipuan. Material ditulis berupa bahan zoonosis, padahal kenyataanya adalah human RNA.
8. Beberapa hari yang lalu, tiba2 saya disuruh menandatangani surat perjanjian oleh Shinya sensei. Menurut beliau, surat itu ditandatangani oleh semua pihak yang terlibat di proyek Kobe. Isinya tentang perjanjian konfidensial antara saya sebagai researcher dan Shinya sensei sebagai bos saya. Tanda tangan hanya antara saya dan Shinya sensei. Saat itu saya ragu, tapi Shinya sensei bilang ini dari kantor untuk semua pihak bukan saya saja. Jadi sudahlah saya tanda tangani.
Besoknya saya tanya ke Nakagawa-san apakah dia juga pernah tanda tangan surat serupa? Dia bilang tidak pernah. Saya jadi khawatir, karena disitu disebutkan saya harus patuh sama Shinya sensei, dan semua pekerjaan penelitian saya adalah untuk Shinya sensei. Setelah saya baca lagi, tidak ada sama sekali menyebutkan proyek Indonesia dalam surat tersebut. Pokoknya untuk segala macam hubungan antara saya dan Shinya sensei. Juga mengapa surat itu timbul sekarang, padahal saya sudah di proyek sejak Maret 2008? Lalu mengapa orang lain tidak pernah menandatangani surat serupa? Juga mengapa surat itu hanya ditandatangani oleh saya dan Shinya sensei? Kenapa bukan rektor/dekan dari Kobe atau Pak Hotta atau Pak Hayashi? Saat ini saya belum tau, apakah saya curiga berlebihan atau tidak. Saya akan mencoba tanya ke Didik apakah dia pernah tanda tangan surat serupa.
9. Secara pribadi, saya sangat ingin kerjasama ini berjalan baik. Saya rasa semuanya ini adalah karena kurang komunikasi antara kita. Saya ingin semuanya kembali normal seperti sebelumnya. Sebenarnya Shinya sensei sejak awal sangat kuat keinginannya untuk mengembangkan lab Surabaya, tapi Pak Nidom juga paham banyak masalah yang terjadi di sana sini. Kalau hhubungan ini masih bisa diperbaiki saya sangat senang. Waktu saya dan Shinya sensei mengunjungi Pinrang, kami menitipkan juga transport medium. Tapi setelah masalah ini, entah bagaimana itu bisa dilanjutkan. Keinginan saya kalau bisa sampel tersebut diproses di Unair, tapi tampaknya sudah sangat sulit.
Semua yang saya ungkapkan disini saya harap dapat memberi feedback yang positif dan tidak membawa dampak buruk bagi semua orang. Keterbukaan bagi saya penting dalam satu tim. Saya kira Pak Nidom juga berpendapat sama.
Saya baik2 saja sejauh ini, terima kasih Pak untuk perhatiannya. Saya berharap Pak Nidom bisa tetap sabar, dan berjuang. Memang sulit sekali menghadapi masalah ini, saya sangat mengerti.
Terima kasih banyak Pak untuk emailnya. Jangan segan2 untuk berkirim kabar, saya akan bantu sebisanya.
GBU.
Salam,
From: C. A. Nidom <nidomca@sby.centrin.net.id>
To: ****
Sent: Thursday, September 17, 2009 10:04:26 AM
Subject: Re: Apa kabar?
Dear Mbak
Saya bersyukur dengan keadaan Mbak saat ini, semoga demikian seterusnya.
Dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini, saya khawatir berpengaruh terhadap
Mbak Ida baik langsung maupun tidak langsung>
Kalau Mbak tidak keberatan, saya menyampaikan beberapa informasi tentang
interaksi antara Lab Ai di Unair dengan Shinya sensei dkk.Tentunya ini dari
versi saya:
(1) Awal September 2009, Makino sensei terkena razia oleh Tim Bandara, dan
ternyata telah membawa spesimen 2 box tanpa adanya dokumen yang
mendukungnya. Saya baru tahu, pada sore harinya setelah dia sdh terbang ke
Jpn.Akhirnya barang disita oleh Karantina Pertanian.Menurut aturan,
seharusnya Makino ditahan di Surabaya, karena kena pasal membawa
barang tanpa ada dokumen resmi.Dia beruntung!!Saya belum tahu apakah dia
kena
daftar cekal atau bebas.Saat itu Makino sensei mengatakan bahwa barang2
tersebut
berasal dari Unair dan dia mengatakan bhw spesimen tersebut merupakan
material zoonosis.Saya tlh dikontak oleh pimp Karantina Surabya,dan juga
Karantina telah membuat surat resmi ke Rektor Unair untuk menanyakan info
tersebut.Saya katakan kepada Karantina dan Rektor, bahwa saya tidak tahu apa
yang dibawa oleh Makino, karena saya tidak bertemu dg Makino selama dia di
Surabaya.
Dampak yang kami peroleh dari peristiwa ini, mereka mengarahkan pandangannya
kepada Tim AI, karena Makino, Yamaoka, Shinya dan saya adalah Tim AI,
sementara saya tidak tahu persis apa yang dilakukan oleh Makino dan Yamaoka
sensei, saat itu.
Akibat dari kejadian ini saya mendengar, Pimpinan Unair dan TDC tidak
mengizinkan Ro Ozawa sensei tatkala mau membawa DNA Salmonella spp.Sangat
buruk akibatnya.
(2) Sebetulnya hal ini tidak akan terjadi jika Yamaoka dan Shinya sensei
lebih terbuka dan terus terang dengan saya tentang aktivitasnya dan Makino
selama ini.Meskipun tidak pernah diberi tahu, tapi saya tahu bahwa Shinya
mengunjungi Makasar dan mengontak beberapa
orang Dinas Peternak di Sulawesi Selatan.sebelum mengunjungi
Surabaya.Meskipun itu urusan masing-masing,tp jika saling percaya apa
sih salahnya kl kontak saya, ya hanya untuk sekedar say hello, mengapa saya
harus tahu dari
orang lain, aktivitas dia di Makasar?Demikian juga saya tunggu basa basi
dari Yamaoka, juga tidak
muncul.
Yang agak mengagetkan, tahu-tahu saya dapat info dari orang2TDC bhw Yamaoka
minta
dibuatkan surat pengantar yang ditujukan kepada Kepala Dinas
Sulawesi Selatan untuk melakukan surveilans (tanpa melibatkan Tim AI dan
saya). Buat saya ini betul-betul sangat aneh. Pertama Yamaoka tidak pernah
menyampaikan ide ini kepada saya baik langsung maupun tidak langsung, juga
sebetulnya saya sdh membuat surat pada Mei 2009 dan sdh diijinkan untuk
melakukan Surveilans. Dispet sdh mengijinkan dg Surat tgl 29 Mei 2009.Kenapa
Surat ini saya buat karena saya telah melakukan koordinasi dengan para
Koordinator LDCC di seluruh Sulsel dan juga bersama BPPV Maros. Kami ingin
mengembangkan Passive surveilans yaitu jika tim LDCC menjumpai sampel
positive dengan rapid test, maka spesimennya juga dikirim ke Unair. Saya
telah menaruh Virocult di Makassar untuk mengantisipasi jk ada ayam positif
dg Rapid Test. Sementara koleksi sampel dari babi saya telah kerjasama
dengan lab Karantina Sulsel. Mekanisme ini sudah berjalan dengan baik,
artinya pengiriman sampel dari Makassar LDCC sudah terjadi berlangsung
dengan baik.Dan saya yakin, bhw Yamaoka sdh tahu, karena saya telah
sampaikan rencana saya tersebut.Situasi seperti ini sdh berlangsung dengan
baik, tahu2 Shinya
mengunjungi Makasar tanpa say hello apapun dengan saya dan cilakanya Yamaoka
minta surat
tanpa juga menghiraukan keberadan saya dan usaha2 yang telah saya lakukan.
Saya dengar suart tsb tdk jadi dikirim karena tdk ditandatangani oleh
Dr.Nasron.
Catatan, bahwa ide pasive surveilans ini sudah diketahui oleh Shinya dan
Yoshi sensei, tatkala mereka berkunjung ke Surabaya Maret yl. Mereka sangat
setuju karena untuk efisiensi, mengingat luasnya Indonesia dan kesulitan
pemantauan area2 endemis di Indonesia.
(3) Saya masih mencoba bertanya mau kemana sebetulnya arah kolaborasi antara
Unair dengan Kobe ini, khusus aktivitas kel.AI. Maka saya telah kirim sms ke
Yamaoka untuk menanyakan
apakah Makino waktu pulang ke Kobe lagi, akan membawa spesimen,khususnya
yang berasal dari
Sulsel (dr Unhas maupun lainnya). Pertanyaan saya tidak dijawab, tapi
dilempar agar saya menanyakan kepada Shinya sensei.Kecurigaan saya semakin
tebal bahwa ada indikasi mereka menyembunyikan seseuatu dari saya atau kami
(unair). Apa salahnya jika Yamaoka atau Shinya berterus terang apa yang akan
dilaksanakan.Buat saya ini masalah yang serius, karena menunjukkan adanya
saling tidak
percaya.
Mgkn Shinya "merasa" sudah memberitahu saya sesuai dengan asumsi dia.
Memang sekitar bulan April 09 yl,Sinya bercerita bahwa mungkin dia akan
mendapat
pasokan sampel dari sumber lain. Saat itu, saya katakan bahwa prinsipnya
saya setuju asal dalam kerangka kerjasama antara Unair dan Kobe.Demikian
juga pernah saya sarankan agar kerjasama dengan Dr. Hatta, sebaiknya ditarik
dalam kerangka kerjasama ini. Jika tidak, pandangan saya, ini sangat tidak
etis,
jika sdh menjalin kerjasama dengan satu instansi, pada saat yang sama
melakukan kjsm dengan pihak lain di negara yang sama, tanpa memberitahu
patnernya atau menarik dalam kerangka
kjsama yang sudah ada.
Tatkala, Rektor kontak dengan Rektor Unhas untuk menanyakan status barang
yang dibawa Makino.Sangat aneh, bahwa jawaban Rektor maupun surat pernyataan
Dr. Hatta sangat berbeda dengan yang dijelaskan oleh Sinya kepada saya dan
surat ke Rektor via Ketua TDC.Maupun penjelasan Yamaoka kepada Pimpinan
Unair.Ini Sangat-sangat aneh!!
(4) Tatkala Shinya sensei dan Makino berkunjung ke Surabaya (yang hanya 1
hari), telah saya uraikan rencana kerjasama kami dengan semua BPPV di
Indonesia, guna mendapatkan sampel2 avian influenza. Terus terang saja,
kejadian Makino telah membawa dampak kecurigaan kepada kami, karena pikiran
mereka bhw jangan2 saya sebagai agen orang2 Jpg dan selanjutnya barang2 tsb
diselundupkan ke luar Indonesia. Sangat jelek impaknya. Kadang-kadang saya
sangat menyesal, kenapa Shinya tidak menuruti saran saya agar kedatangan
Makino ditunda saja sampai lab kami selesai dibenahi atau saya berada di
Surabaya.
Saat ini negosiasi saya dengan lembaga-lembaga pemerintah berada di titik
paling bawah, karena tindakan yang ceroboh tersebut.Dengan ngototnya Makino
untuk membawa spesimen tsb, khususnya yang dari Sulsel, maka dugaan saya
bahwa kedatangan Shinya dan Makino ke Surabaya yang hanya 1 hari
tsb,sebetulnya hanya untuk menunggu kiriman barang dr Dr.Hatta,selanjutnya
untuk dibawa ke Kobe,
karena pagi hari Shinya balik ke Kobe, sore harinya barang dari Dr. Hatta
tiba di
Surabaya. Kl dugaan ini benar, betul2 sangat-sangat mengecewakan apa yang
dibuat
dan dilakukan oleh orang2 ini, Yamaoka, Shinya maupun Makino ini.
(5) Dalam salah satu emailnya Shinya, bahwa dia tidak akan berkomunikasi
dengan
saya lagi dan semua dikembalikan kepada Yoshi sensei. Itu haknya dia sebagai
orang yang merasa benar dalam tindakannya. Saya menghargai sikap
tersebut.Karena buat saya prinsip kerjasama adalah berkedudukan sejajar,
tanpa ada yang merasa lebih unggul satu sama lain. Karena Jepang berbudaya
mirip dengan kita, maka "perselingkuhan" tatkala kita sdh mempunyai
kerjasama dengan suatu institusi, apapun alasannya, tentunya tidak etis,
apalagi salah
satu partnernya tidak diberikan ruang untuk mendapat informasi lebih
leluasa.
Kesimpulan saya: Saya harus belajar sabar dalam melakukan interaksi dengan
pihak lain. Kalau budaya Madura, Shinya, Yamaoka dan Makino telah membuat
saya "Ketelak Tolang" (terlihat tulang).Membuat saya sangat malu kepada
semua stakeholder, lembaga pemerintah, khususnya deptan. Mereka hampir semua
tahu bhw saya (Unair) mempunyai hubungan yang baik dengan Kobe.Dengan
langkah yang seperti ini, maka tanda tanya besar di benak mereka ada apa
dengan hubungan kami. Juga di lingkungan Unair. Semua mata tertuju ke Tim
AI, meskipun kami belum tahu persis material apa yang dibawa, meskipun
Shinya
bilang bhw isinya Human Leucosit RNA.Itu yg satu box, sedang box yang lain?
Kembali ke budaya Madura,hidup itu daripada diberi malu lebih baik mati
dalam tahanan. Oleh karena itu saya harus belajar dengan keras mengelola
kesabaran ini..
Saya merasa suasana ini bisa melebar kemana-mana, khususnya kepada Mbak Ida
yang akan dikut-ikutkan dengan kejadian ini. Saya sangat bersyukur bahwa
tidak berpengaruh kepada Mbak Ida. Jika ada pengaruh kepada Mbak Idak, dari
lubuk yang paling dalam, saya mohon maaf atas ketidaknyamanan situasi ini.
Ini semua kesalahan saya yang mungkin kurang dalam mempelajari budaya mereka
termasuk bahasa lisan dan bahasa pikiran mereka.Semoga Tuhan senantiasa
membimbing kita dalam beramal kebajikan.
Sekali lagi mohon maaf.Sukses selalu buat Mbak Ida. Terima kasih, mau mebaca
email ini.
GBU.
Salam,
Nidom
----- Original Message -----
From:
To: <nidomca@sby.centrin.net.id>
Sent: Wednesday, September 16, 2009 12:50 PM
Subject: Re: Apa kabar?
> Dear Pak Nidom,
>
> Sebelumnya saya mengucapkan selamat menjalani ibadah puasa utk Pak Nidom
> dan keluarga. Semoga ibadahnya diterima YME.
> Iya sudah lama ga ketemu Pak Nidom dan teman2, belum ada kesempatan ke
> Unair lagi Pak.
> Kabar di sini baik2 saja, kami sedang sibuk pindahan karena ruangan mau
> direnovasi, dan di tempat baru sementara ini internetnya belum dipasang.
> Jadi susah juga internetan selama di lab.
> Mudah2an kegiatan berjalan baik di lab ya Pak, salam untuk teman2.
>
> Salam,
>
> Sent from my iPhone
>
> On 2009/09/16, at 9:42, nidomca@sby.centrin.net.id wrote:
>
> Dear Mbak
> Apa kabar?Sdh lama sy tdk berjumpa dan mendengar kabar Mbak.
>
> Semoga Tuhan selalu beserta Mbak dalam melaksanakan setiap aktivitas
> sehari-hari.
> > GBU,
> Nidom
> Powered by Telkomsel BlackBerry®